Sirwal Kantoran brand #Antum @jakarta

baru_sirwal_kantoran__sirwal_type_pls_merk_antum_jakarta_5538674_1426602265

Keterangan Gambar :

Celana ini mirip dengan Celana Bahan pada Umumnya, yang membedakan hanya ada ‘KARET’ pas di ikatan pinggang nya Lebih Elastis untuk Ukuran Perut (Lebih menyesuaikan) & Di desain Syar’i (tidak Ketat)

– BAHAN PILIHAN IMPORT LEBIH LEMBUT, ADEM
– JAHITAN BERKUALITAS BUTIK RAPI DAN NYAMAN DI PAKAI
– COCOK UNTUK PENGGANTI CELANA KANTOR
– BISA DI PAKAI UNTUK PEGAWAI KANTOR, PEKERJA MAUPUN UNTUK HARIAN

Panjang celana -kuranglebih-
XL:93cm
L:88cm
M:83cm

Lebar pinggang XL:95-100cm L:90-95cm M:85-90

Bahannya : belini, lowtwis, babykanvas, katun, jaguar, dll

Harga : 120.000

Hub :
>> 083876693566
>> 766050f1

NASI CADONG (153 MALAM -BAG.4-)

Image [ilustrasi]

Malam ini merupakan makan malam pertama ana di bui. Semuanya berkumpul duduk di lantai membuat lingkaran dan saling berhadap-hadapan. Agak tegang rasanya menunggu makan malam kami dibagikan. Ingin segera tahu seperti apa makanan penjara itu, karena selama ini ana hanya mengetahui dari beberapa sumber dan belum melihat langsung. Namun sesaat lagi ana akan melihatnya bahkan akan merasakannya, seperti apa makanan penjara itu yang kata orang ‘menyeramkan’ seperti tempatnya?Tidak lama datang pelayan kamar membawakan beberapa box makanan untuk kami. Setiap orang mendapat jatah 1 box makanan yang isinya terdiri dari nasi, lauk dan sayur. Setelah dibagi-bagikan box makanan tersebut, ana pun melihat isinya, apakah menu makan malam yang akan ana santap? Setelah ana melihatnya, rupanya menunya biasa saja menurut ana, tidak ada yang aneh, hanya saja menunya bukan termasuk menu kesukaan ana, bahkan menu itu adalah menu yang tidak ana suka dan ana enggan memakannya. Makanan yang tidak mengenyangkan karena sedikit ukurannya. Ana pun menyantapnya lantaran saking laparnya. Namun pada suapan pertama ana merasa kaget…rasanya?!….iya rasanya! Rasanya aneh sekali menurut ana. Walaupun menu itu adalah menu yang biasa orang memakannya tapi rasanya sangat berbeda sekali, bahkan ana belum pernah merasakannya. Terasa tidak enak di lidah, bahkan hampir tidak memiliki rasa alias tawar! Ana terus terang tidak berani berkata macam-macam tentang makanan penjara khawatir termasuk mencela makanan. Intinya, makanan tersebut adalah makanan yang memiliki cita rasa yang berbeda sekali dengan makanan normal. Ana pun terpaksa memakannya karena lapar dan tidak ada lagi yang bisa dimakan selain itu. Untungnya ana pernah berlatih dan sedikit memiliki kemampuan survival (bertahan diri) karena ana seorang pecinta alam atau pendaki gunung yang wajib memiliki kemampuan untuk survival, sehingga ana dibutuhkan untuk dapat mengkonsumsi segala sesuatu untuk bertahan hidup, seperti meminum air mentah, memakan makanan dalam kondisi apapun (seperti mentah, tidak enak, dll) selama masih layak dimakan dan halal. Baca lebih lanjut

MALAM PERTAMA DI BUI (153 MALAM -BAG.3-)

Image [ilustrasi]

Kondisi semakin parah, bahkan lebih parah dari sebelumnya. Waktu berjalan tidak sesuai dengan apa yang ana inginkan. Ana tinggal menunggu detik-detik penghabisan…pasrah terhadap kejadian ini…tidak ada yang dapat menolong ana saat itu kecuali Allah Azza wa Jalla…akankah nasib ana akan seperti Kijang Baru itu yang terkapar kesakitan?

Adapun ust.FA seperti sudah diatas angin, dia telah berhasil memprovokasi para tahanan dengan fitnah-fitnahnya, sehingga para tahanan semakin membenci ana. Dia bahas segala perbedaan-perbedaan pemahaman dan amalan agar semakin memperkeruh suasana, selain itu juga dia sebarkan fitnah-fitnah terhadap pemahaman ana yang dituduh sebagai Wahhabi agar manusia menjauhi pemahaman tersebut dan menganggapnya sebagai pemahaman sesat dan menyesatkan. Ana masih banyak diam di hadapannya, karena bukan waktu yang tepat untuk berdebat dengannya saat ini. Padahal dia selalu memancing-mancing perdebatan agar kami saling berdebat dan disaksikan oleh seluruh tahanan, namun ana berusaha menghindari perdebatan dengannya dengan mengalihkan pembicaraan. Tapi tetap saja ust.FA tidak mau menyudahi orasinya.

Suasana di dalam tahanan semakin heboh oleh teriakan-teriakan penghuni tahanan. Terus terang ana merasa kasihan kepada para tahanan di dalam, mereka sangat awam terhadap agamanya sehingga mudah sekali dibodoh-bodohi dan diprovokasi oleh seseorang. Seandainya mereka dibimbing oleh seseorang yang bersih aqidahnya, maka betapa beruntungnya mereka, namun sayangnya mereka malah dibimbing oleh seseorang yang memusuhi sunnah dan banyak melakukan kebid’ahan, sehingga mereka malah semakin jauh dari agamanya. Baca lebih lanjut

WELCOME TO CRIMINAL (153 MALAM -BAG.2-)

Image [ilustrasi]

Hari itu ana resmi ditahan di sebuah Rutan (Rumah Tahanan) di salah satu Polres. Ana terjerat kasus pencemaran nama baik seorang Habib dan Undang-undang ITE. Setelah ana selesai menandatangani Surat Penahanan, ana pun dibawa oleh salah seorang penyidik (polisi) menuju kamar tahanan yang tidak jauh dari ruangan tempat ana diproses. Berat langkah ana menuju kamar tahanan tersebut, sedangkan hati saat itu terasa berdebar-debar karena sesaat lagi ana akan merasakan suatu kehidupan yang belum pernah ana rasakan seumur hidup ana, kehidupan yang dapat merubah segalanya, kehidupan yang hanya ada di angan-angan, namun sesaat lagi akan menjadi kenyataan. Adapun keluarga ana, yaitu istri, orangtua dan kedua anak ana yang masih kecil tampak sedih mengiringi langkah ana menuju kamar tahanan itu. Ana berusaha untuk tenang dan tidak menampakan kesedihan agar keluarga ana tidak semakin larut dalam kesedihannya. Ana tidak membawa apapun ke ruang tahanan, yang ana bawa hanya pakaian yang menempel di badan. Baca lebih lanjut

153 MALAM (BAG. 1 -TRUE STORY-)

Sore itu ana turun dari sebuah angkot di kota Bogor sambil membawa tas punggung (daypack) yang penuh dengan barang belanjaan dan menenteng sebuah dus karton yang juga berisikan barang belanjaan. Kali ini ana berbelanja kebutuhan toko tanpa membawa kendaraan pribadi alias motor, ana lebih suka dengan berjalan kaki atau menaiki kendaraan umum sambil membawa beban berat, hitung-hitung sambil berolah raga agar stamina bisa selalu terjaga. Beban yang ana bawa kali ini lumayan berat sekitar 15 kg di tas dan 10 kg ditentengan, hampir menandingi beban yang ana bawa tatkala mendaki gunung. Namun itu tidak masalah bagi ana karena hal itu sudah menjadi kebiasaan ana, apalagi jika sewaktu-waktu ada panggilan mendadak untuk mendaki gunung ana tidak akan kaget nantinya. Baca lebih lanjut